Tips Perawatan Kecantikan Dan Kesehatan

Informasi Pasang Iklan, Silahkan hubungi team advertising kami (Wa: 082165725806)

Seputar Kecantikan Wajah

Informasi Pasang Iklan, Silahkan hubungi team advertising kami (Wa: 082165725806)

Seputar Kesehatan Tubuh

Informasi Pasang Iklan, Silahkan hubungi team advertising kami (Wa: 082165725806)

Relationship

Informasi Pasang Iklan, Silahkan hubungi team advertising kami (Wa: 082165725806)

Serba-Serbi

Informasi Pasang Iklan, Silahkan hubungi team advertising kami (Wa: 082165725806)

Sabtu, 10 Juni 2017

Fakta-fakta tentang Kanker Serviks, Penyebab Jupe Meninggal

Innalillahi wa innailaihi rajiun. Aktris dan pedangdut Julia Perez alias Jupe akhirnya menghembuskan napas terakhirnya pada Sabtu (10/6), tepat di hari ke-15 bulan Ramadan.

Sponsor: Jasa Pembuatan Fanpage

Perjuangan Jupe berakhir sudah setelah empat bulan dirawat di RS Cipto Mangunkusumo Jakarta. Kepergian wanita yang akrab disapa Jupe ini pun kembali mengingatkan pentingnya menjaga kesehatan, utamanya serviks (leher rahim) dari serangan kanker.

Berikut sekelumit fakta tentang kanker yang merenggut nyawa Jupe seperti dirangkum detikHealth dari berbagai sumber:


1. Terjadi pada leher rahim
Leher rahim biasa disebut juga serviks. Ini adalah bagian bawah dari rahim yang menghubungkannya ke vagina. Sedangkan kankernya sendiri terjadi karena ada sel-sel abnormal yang tumbuh secara tidak terkendali di dalam serviks.

Perlu digarisbawahi bahwa kanker yang satu ini bisa menyerang wanita di usia berapapun, namun cenderung lebih banyak pada wanita yang aktif berhubungan secara seksual.

2. Tak ada gejala
Pada stadium awal, kanker ini umumnya tidak memperlihatkan gejala khusus. Akan tetapi seperti diungkapkan dr Unedo, SpOG(K)Onk dari RSUD WZ Yohanes Kupang, ada beberapa gejala khas yang sayangnya, masih sering terabaikan.

"Yang paling sering biasanya seperti keputihan yang tidak sembuh-sembuh, terus-menerus terjadi. Keputihan sih kan memang kondisi normal, tapi kalau pemicunya ada dan dihindari ya pasti sembuh. Tapi kalau yang ini tidak," ungkap dr Unedo.

Keputihan yang muncul pun terkait risiko kanker serviks pun umumnya tampak tak biasa. dr Unedo menjelaskan bahwa keputihan yang dianggap berisiko yakni berwarna kuning kehijauan, berbau serta gatal. Padahal dalam kondisi normal, keputihan biasanya berwarna bening atau putih, lalu tidak berbau dan tidak memicu rasa gatal di area organ intim.

3. Kesadaran masyarakat terhadap kanker serviks sangat kurang
Data Riset Kesehatan Dasar 2013 menyebut, kanker serviks bersama kanker payudara menjadi kanker dengan tingkat prevalensi tertinggi di Indonesia.

Padahal menurut Dr dr Sonar Soni Panigoro, SpB(K)ONk, pada prinsipnya, serviks bisa langsung kelihatan saat diskrining sehingga dapat dilakukan deteksi dini.

"Makanya kenapa di negara berkembang seperti Afrika, Indonesia masih tinggi (kasus kanker serviks) karena dia (masyarakat) malas (deteksi dini)," kata wakil ketua Komite Penanggulangan Kanker Nasional (KPKN) tersebut.

4. Baru periksa di stadium lanjut
dr Antony Atmadja, SpOG dari RS Mitra Keluarga Bekasi mengungkapkan, 70 persen pasien kanker serviks datang ke rumah sakit dalam keadaan stadium lanjut. "Itu karena saat gejala muncul baru periksa," katanya.

Gejala stadium lanjut pada kanker serviks sendiri di antaranya:
1. Pendarahan sesudah berhubungan intim
2. Menstruasi yang durasinya lebih lama dan lebih banyak dari biasanya
3. Nyeri panggul
4. Nyeri ketika berhubungan intim
5. Muncul keputihan berbau menyengat

"Sebenarnya keputihan belum tentu pertanda penyakit. Bisa muncul sebagai akibat infeksi. Untuk itu perlu periksa secara berkala," lanjut dr Antony.

5. Kanker serviks bisa dicegah
Selain mudah 'diintip', penyebab kanker serviks sendiri telah diketahui yaitu HPV. "Vaksinnya sudah ada. Deteksi dininya sudah ada, papsmear dan IVA (Inspeksi Vagina dengan Asam Asetat). Jadi ini 100 persen bisa dicegah," tegas Prof Dr dr Andrijono, SpOG, KFER dari RS Cipto Mangunkusumo.

Akan tetapi kini persoalannya adalah mahalnya harga vaksin HPV. Namun Prof Andri berharap vaksin ini dapat dimasukkan ke dalam program vaksinasi nasional, artinya ditanggung pemerintah dalam pembiayaannya, sehingga prevalensi kanker serviks di masyarakat Indonesia dapat diturunkan.

6. Pengobatannya mudah
Tingkat kefatalan kanker serviks sebenarnya tergolong rendah, asalkan gejalanya telah terdeteksi sejak dini. Dijelaskan Prof Andri, kanker serviks idealnya ditangani dengan cryotherapy.

"Ini sesuai dengan panduan WHO, 'screen with HPV-DNA; treat with cryotherapy' sebab morbiditasnya sangat rendah," paparnya.

Selain itu, cryotherapy dapat dilakukan dimana saja dan kapan saja. Hal ini menepis anggapan bahwa cryotherapy hanya bisa dilakukan di ruang operasi.

"Tolong itu dihilangkan pandangan seperti ini karena cryotherapy kapan saja bisa dilakukan, di klinik atau puskesmas, bahkan pasien bisa berobat jalan dan murah. Dalam 2 minggu hasilnya sudah bagus," ujarnya.

★★★
Terima Kasih Sudah Membaca Artikel Dari Portal Berita Kecantikan Gifiskincare Mohon Berikan Like,Comment, Atau Share Jika Informasi Yang Kami Sajikan Bermanfaat.

★★★
Berminat Punya Toko Online dalam Format Fanpage Facebook? Segera Hubungi kami disini (https://www.facebook.com/KiellaDigitalAdv/)

★★★
Ingin Konsultasi Atau Beriklan di Portal Berita Kami? Cukup Click Link berikut ini (http://m.me/PortalBeritaKecantikanGifiskincare)

Deteksi Dini Bisa Cegah Kematian Akibat Kanker Serviks

Pedangdut Julia Perez atau yang sering disapa Jupe menderita kanker serviks dalam jangka waktu yang cukup lama. Berbagai usaha medis telah Ia tempuh, namun ternyata takdir berkata lain. Dikutip dari detikHOT (10/6/2017) mantan istri Gaston Castano itu telah meninggal dunia akibat kanker serviks yang diidapnya.

Sponsor: jasa pembuatan fanpage

Perlu diketahui bahwa kanker serviks menempati urutan kedua penyebab kematian pada perempuan di Indonesia. Namun kesadaran masyarakat akan bahaya kanker serviks masih terbilang sangat kurang. Padahal jika tidak ingin seperti Jupe, maka harus dilakukan deteksi sedini mungkin.

Deteksi kanker serviks dapat dilakukan melalui papsmear maupun IVA (Inspeksi Vagina dengan Asam Asetat).

"Tes IVA itu sangat cepat dan mudah, bisa dilakukan kapan saja juga. Termasuk sebelum dan sesudah haid," tutur dr Unedo, SpOG(K)Onk dari RSUD WZ Yohanes Kupang kepada detikHealth beberapa waktu lalu.

Sedikit berbeda dengan IVA, metode pemeriksaan papsmear umumnya memiliki syarat lebih banyak. Salah satunya adalah tidak dilakukan saat sedang haid. Bahkan beberapa hari sebelumnya dianjurkan untuk tidak melakukan hubungan intim terlebih dahulu.

"Lalu kalau IVA kan hanya pakai asam asetat, ini prosesnya mudah. Sementara papsmear pakai metode usapan mulut rahim dan harus dilakukan oleh ahlinya. Tapi apapun pilihan metode yang dipilih, keduanya sama-sama dianjurkan untuk deteksi dini kanker serviks," imbuh dr Unedo.

Pencegahan juga bisa dilakukan lewat pemberian vaksin, dimana saja dan kapan saja. Kendati demikian, diingatkan dr Antony Atmadja, SpOG dari RS Mitra Keluarga Bekasi, vaksin saja tidak menjamin seseorang aman 100 persen dari kanker serviks.

"Karena vaksin yang ada untuk virus HPV tipe 16 dan tipe 18, yang mana tipe ini bersama-sama menyebabkan 87,6 persen kasus di Indonesia. Sementara itu, masih ada 38 tipe virus HPV lainnya," jelas dr Antony.

Vaksin HPV bisa diberikan pada anak perempuan di usia 9-14 tahun yang belum aktif secara seksual. Ada dua dosis yang diberikan di dua waktu yang berbeda. Suntikan kedua diberikan dengan jeda 5-13 bulan setelah dosis pertama.

Sedangkan vaksin untuk perempuan usia 15-25 tahun harus diberikan lengkap yang terdiri dari 3 dosis. Dosis kedua diberikan 1-25 bulan setelah dosis pertama diberikan. "Di Indonesia vaksin ini disarankan dilakukan sampai usia 55 tahun," tambahnya.

"Sejauh ini setelah dosis lengkap diberikan tidak perlu ada booster atau pemberian ulang," imbuhnya.

Menteri Kesehatan Nila Moeloek menimpali, biaya deteksi dini kanker serviks dengan papsmear atau IVA di Indonesia sendiri sudah terjangkau. Bila papsmear atau IVA dilakukan, jumlah pasien kanker serviks bisa berkurang, begitu pula dengan stadiumnya. Karena jika sudah mencapai stadium tinggi, maka peluang kematiannya juga menjadi tinggi.

★★★
Terima Kasih Sudah Membaca Artikel DariTipsperawatanwajahdantubuh Mohon Berikan Like,Comment, Atau Share Jika Informasi Yang Kami Sajikan Bermanfaat.

★★★
Berminat Punya Toko Online dalam Format Fanpage Facebook? Segera Hubungi kami disini (https://www.facebook.com/KiellaDigitalAdv/)

★★★
Ingin Konsultasi Atau Beriklan di Portal Berita Kami? Cukup Click Link berikut ini (http://m.me/Tipsperawatankecantikandankesehatan)