Tips Perawatan Kecantikan Dan Kesehatan

Informasi Pasang Iklan, Silahkan hubungi team advertising kami (Wa: 082165725806)

Seputar Kecantikan Wajah

Informasi Pasang Iklan, Silahkan hubungi team advertising kami (Wa: 082165725806)

Seputar Kesehatan Tubuh

Informasi Pasang Iklan, Silahkan hubungi team advertising kami (Wa: 082165725806)

Relationship

Informasi Pasang Iklan, Silahkan hubungi team advertising kami (Wa: 082165725806)

Serba-Serbi

Informasi Pasang Iklan, Silahkan hubungi team advertising kami (Wa: 082165725806)

Kamis, 08 Juni 2017

Kolang-kaling Bisa Obati Diabetes? Ini Kata Ahli Gizi

Kolang-kaling merupakan jenis makanan yang sering dimanfaatkan sebagai bahan campuran makanan atau minuman. Bukan hanya itu, kolang-kaling juga mengandung air yang sangat banyak.

Sponsor: Jasa Pembuatan Fanpage

Di dalam 100 gram buah kolang-kaling hanya terkandung sekitar 50-60 kalori. Karena itu kolang-kaling ditengarai bisa menurunkan kadar gula darah dan bisa mengobati penyakit diabetes. Benarkah?

"Bukan obat tapi ya, jadi bukan berarti menurunkan gula, tetapi aman sebagai opsi healthier choice buat diabetesi," ucap ahli gizi, Mochamad Aldis Rusliadi SKM kepada detikHealth.

Lebih lanjut Aldis katakan, karena kolang-kaling tinggi serat maka tidak lantas menaikkan gula darah secara drastis jadi aman dikonsumsi diabetesi. Namun dengan catatan pengolahannya tidak untuk minuman tinggi gula.

"Jadi aman buat diabetesi asalkan balik lagi tadi, pengolahannya bukan menjadi kolak tinggi gula dan lemak atau sirop tinggi gula ya," tutur Aldis.

Aldis menambahkan, jika ingin disajikan sebagai minuman sebaiknya menggunakan gula atau sirop rendah kalori dan dicampur dengan buah-buahan. "Misal bikin sirup kolang kaling tapi pakai gula rendah kalori atau sirop rendah kalori," sarannya.

Dilakukan Seperti Ini, Diet Vegan Justru Bisa Bikin Gemuk

Tak sedikit orang yang memutuskan untuk menjadi vegan karena ingin menurunkan berat badan. Padahal nyatanya jika dilakukan dengan cara yang tak tepat, menerapkan diet vegan juga bisa bikin gemuk.

Sponsor: Jasa Pembuatan Fanpage

Berdasarkan penelitian yang dilakukan di tahun 2016 dan telah diterbitkan dalam Journal of General Medicine, orang-orang yang menerapkan diet vegan rata-rata mengalami penurunan berat badan lebih banyak.

Menurut nutrisionis Alyssa Cohen, tidak mengonsumsi produk hewani sama sekali berarti Anda menghilangkan asupan kolesterol dan lemak, yang dengan sendirinya dapat membantu menurunkan berat badan. Sementara itu, makanan dari sumber nabati juga diketahui mengandung vitamin, mineral, dan mikronutrien yang juga lebih baik.

Kombinasi hal ini dianggap menjadi kunci penting untuk menurunkan berat badan, ketika Anda memutuskan menjadi seorang vegan. Hal serupa juga disebutkan oleh nutrisionis Tom Hritz, RD.

"Mengonsumsi makanan dari sumber nabati membuat Anda kenyang dengan asupan lebih sedikit kalori, dibandingkan jika Anda kenyang dari makanan berbasis produk hewani," ungkap Hritz, seperti dikutip dari Women's Health Mag.

Namun demikian, Cohen menuturkan ada beberapa asupan produk nabati yang jika dikonsumsi berlebihan juga bisa membuat berat badan naik. Di antaranya kentang goreng.

Kesalahan lainnya adalah melakukan perubahan pola makan terlalu ekstrem, sehingga cenderung 'kaget' dan membutuhkan lebih banyak makanan untuk bisa sampai merasa kenyang. Kuncinya, mencari sumber protein yang tepat.

"Kadang-kadang orang yang diet vegan akan makan lebih banyak karbohidrat dan sayuran bertepung agar terasa kenyang, padahal ini justru membuat asupan proteinnya semakin berkurang," ujar Nina Eng, RD, dari Plainview Hospital, New York.

★★★
Terima Kasih Sudah Membaca Artikel Dari Portal Berita Kecantikan Gifiskincare Mohon Berikan Like,Comment, Atau Share Jika Informasi Yang Kami Sajikan Bermanfaat.

★★★
Mau memiliki kualitas iklan terbaik untuk meningkatkan omzet penjualanmu? Segera hubungiJasa Iklan Fanpage Kiella Digital Adv!

★★★
Ingin Konsultasi Atau Beriklan di Portal Berita Kami? Cukup Click Link berikut ini (http://m.me/PortalBeritaKecantikanGifiskincare)

Riset Buktikan Bayi Harus Tidur Sendiri Sejak Umur 4 Bulan

Pola tidur adalah salah satu aspek krusial dalam tumbuh kembang anak. Untuk itu setting atau pengaturannya sudah harus diterapkan pada anak sejak dini.

Sponsor: Jasa Pembuatan Fanpage

Penelitian terbaru yang dilakukan Pennsylvania State University menemukan, orang tua baiknya tidur di kamar terpisah dengan bayinya bukan semata karena risiko Sudden Infant Death Syndrome (SIDS) atau bayi mati mendadak saat tidur karena tertindih orang tuanya.

Untuk keperluan studi ini, peneliti mengamati 279 pasangan orang tua berikut bayinya selama 9 bulan. Partisipan sendiri dibagi ke dalam dua kelompok: orang tua yang diberi wawasan tentang SIDS dan yang mendapatkan wawasan SIDS sekaligus didorong untuk memisahkan kamarnya dari si bayi sejak umur 4 bulan.

Hasilnya mengejutkan. Di usia 9 bulan, bayi yang tidur sendiri sejak umur 4 bulan bisa tidur lebih lama dan tak terganggu. Peneliti mencatat mereka rata-rata bisa tidur 45 menit lebih lama dibandingkan bayi yang berbagi kamar dengan ayah bundanya.

Keputusan untuk tidur terpisah dengan bayinya ini juga berdampak jangka panjang. Terbukti dari hasil pengamatan peneliti saat usia bayi memasuki 30 bulan, bayi yang tidur terpisah rata-rata tetap tidur 45 menit lebih lama daripada yang sekamar dengan orang tuanya.

Dari studi yang sama, peneliti menemukan tren bahwa orang tua yang tidur sekamar dengan bayinya cenderung membawa bayinya ke kasur mereka di tengah malam, bilamana si bayi menangis. Padahal ini juga berbahaya untuk si bayi.

Sayangnya peneliti juga terbentur pada perbedaan aspek kultur yang dimiliki tiap orang tua. Semisal preferensi masing-masing pasangan orang tua untuk tidur dekat dengan bayinya agar bisa selalu diawasi atau sulitnya melepas bayi untuk tidur di kamar terpisah.

"Untuk itu orang tua harus mendiskusikan sejak dini tentang panduan tidur yang aman untuk bayinya," pesan salah satu peneliti senior, Dr Ian Paul seperti dilaporkan news.psu.edu.

Sebelumnya Dr dr Irwanto, SpA(K) dari Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga-RSUD Dr Soetomo mengingatkan bayi memang tidak sebaiknya tidur bersama kedua orang tuanya. Sebaliknya harus dibiasakan tidur sendiri, dan idealnya sejak berusia 9 bulan.

"Kalau kita tidur bareng anak, bersentuhan gitu aja dia akan bangun. Padahal dia memulai tidur lagi itu butuh waktu 1-3 jam, ini yang bikin tidurnya terganggu," terangnya kepada detikHealth beberapa waktu lalu.

Idealnya, dalam masa pertumbuhan, bayi tidur selama 20 jam. Orang tua tak perlu khawatir jika bayi tidur terlalu lama, karena jika asupan ASI yang diberikan untuknya memadai, maka bayi akan pulas tertidur sampai ia merasakan lapar.

Di sisi lain, dalam berbagai studi juga disebutkan bahwa bayi atau anak yang kurang tidur akan terhambat tumbuh kembangnya dan memiliki kendali emosi yang buruk seperti mudah tantrum atau menangis

★★★
Terima Kasih Sudah Membaca Artikel DariTipsperawatanwajahdantubuh Mohon Berikan Like,Comment, Atau Share Jika Informasi Yang Kami Sajikan Bermanfaat.

★★★
Mau memiliki kualitas iklan terbaik untuk meningkatkan omzet penjualanmu? Segera hubungiJasa Iklan Fanpage Kiella Digital Adv!

★★★
Ingin Konsultasi Atau Beriklan di Portal Berita Kami? Cukup Click Link berikut ini (http://m.me/Tipsperawatankecantikandankesehatan)